Jakarta - Rencana penerapan kurikulum baru tahun 2013
yang akan dilakukan secara bertahap tahun ini, diminta agar dilaksanakan
secara konsisten, tidak membebani siswa baik secara akademik maupun
biaya, serta harus disosialisasikan secara benar kepada masyarakat.
Hal
tersebut ditegaskan oleh Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie,
pada diskusi publik dalam rangka HUT ke-45 Fraksi Partai Golkar bertema
"Mampukah Kurikulum 2013 Menjawab Tantangan Generasi Emas 2045?", di
Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (18/2).
"Bicara pendidikan, kita
bicara masa depan bangsa. Apa pun harus kita pertaruhkan. Oleh karena
itu, kurikulum adalah instrumen strategis untuk mencapai tujuan
pendidikan. Pergantian kurikulum haruslah ditelaah (secara) mendalam dan
disosialisasikan secara luas," katanya.
Bagi Ical, begitu ia
akrab disapa, kurikulum bukan semata pedoman teknis, tetapi haruslah
menjadi falsafah bangsa yang menentukan ke mana arah dan nasib masa
depan bangsa. Pendidikan yang tercermin dalam kurikulum menurutnya,
harus mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain
itu, menurut Ical lagi, kurikulum harus bisa memperkuat jati diri bangsa
Indonesia yang diperhadapkan dengan dinamika perkembangan global. Abad
ke-21 ditandai dengan perkembangan global yang kompleks dan menuntut
tanggungjawab kompleksitas untuk menjawab tantangan internal maupun
eksternal.
Ical memandang, untuk menjawab tantangan tersebut,
kata kunci yang berperan adalah pendidikan yang baik. Melalui
pendidikan-lah dapat dipersiapkan sumber daya manusia (SDM) terdidik,
yang dengan begitu mampu berkompetisi dan sejajar dengan bangsa lain,
maju dan kompetitif.
Baginya, perubahan kurikulum di tahun 2013,
dalam catatannya adalah perubahan kurikulum ke-10 yang terjadi di
Indonesia. Ini dianggap merupakan konsekuensi logis dari perubahan
sistem politik, sosial-budaya, ekonomi dan perkembangan iptek.
Lebih
lanjut dikatakan, dalam mendidik manusia, perubahan kurikulum harus
diarahkan agar mencetak SDM yang beriman, bertaqwa, cerdas, terampil,
berani berkompetisi dan bertanggungjawab terhadap bangsa dan negara.
"Partai
Golkar mendukung pemerintah, bahwa kurikulum harus disesuaikan dengan
tuntutan zaman, agar mampu melahirkan anak-anak bangsa yang cerdas tanpa
kehilangan jati dirinya sebagai manusia Indonesia," tegasnya.
Perubahan
kurikulum yang dilakukan tahun 2013 ini, diyakini Ical dapat mencetak
peserta didik yang kelak di usia 40-50 tahun atau di masa emas 100 tahun
kemerdekaan Indonesia tahun 2045, dapat menjadi pemimpin di segala
sektor.
sumber : http://www.beritasatu.com.